About

Perfect World Online Spear Thingy

Pages

Jumat, 07 November 2014

Menceritakan Kembali Makna Lagu "Bengawan Solo"

Narasi Lagu "Bengawan Solo" 
Karya Maestro Keroncong Indonesia  (Alm.Gesang)

Keindahan Sungai Bengawan Solo
Bengawan Solo, riwayatmu ini
Kata riwayat atau sejarah, seakan menyiratkan kita bahwa lagu ini akan punya riwayat yang panjang, sampai pergantian abad masih dibicarakan.

Sedari dulu jadi perhatian insani
Ternyata benar, dari dulu sampai sekarang Bengawan Solo menjadi perbincangan banyak insan, banyak orang, dari jaman keemasan di mana keluarga kerajaan bertamasya di sungai ini, pembuatan waduk Gajah Mungkur, sampai soal banjirnya yang menyapu berbagai kota akhir-akhir ini.

Musim kemarau, tak seberapa airmu. Di musim hujan air meluap sampai jauh.
Di tahun 40-an saja, kalau hujan sungai ini meluap sampai jauh, mungkin beberapa meter dari bibir sungai. Itu saat masih banyak hutan dan pohon disekitarnya. Seharusnya ini jadi pelajaran bahwa kita tidak boleh semena-mena membabat hutan dan tanaman di hulu dan sekitar sungai ini, atau air akan meluap lebih jauh lagi, bahkan sampai beberapa kilometer dan merendam wilayah yang dilaluinya. Dengan kata lain pencipta lagu ini sudah mengingatkan lho, sekian puluh tahun yang lalu, akan pentingnya menjaga ekosistem di sekitar sungai besar ini.

Mata airmu dari Solo, dikurung gunung seribu.
Kalau ditulis Mata airmu dari Solo, dari Pegunungan Seribu itu sudah benar, memang hulu sungai ini ada di daerah Pegunungan Seribu. Namun, pemilihan kata dikurung gunung seribu menjadikannya nyeni dan secara tidak sadar kita membayangkan ada seribu gunung mengitari mata air Bengawan Solo. Apa nggak hebat?

Air mengalir sampai jauh, akhirnya ke laut
Air Bengawan Solo mengalir dari kota Solo sampai Surabaya, memang jauh. Ini biasa saja. Tetapi kalau kita berfikir mungkin belum semua orang Solo pernah ke Surabaya, apalagi tahun 40-an, maka orang akan menduga-duga seberapa panjang sungai ini.

Itu perahu, riwayatnya dulu
Konon dahulu di Bengawan Solo banyak perahu hilir mudik, bahkan pihak keraton Surakarta mempunyai perahu khusus untuk melancong di Bengawan Solo.

Kaum pedagang slalu, naik itu perahu
Kaum pedagang mungkin sekarang sudah jarang atau tidak ada lagi yang menggunakan Bengawan Solo sebagai sarana transportasi. Bengawan Solo sudah tidak seramah dahulu.


Sumber : http://www.tjroeng.com/?p=68

0 komentar:

Posting Komentar